Sabtu, 13 September 2008

Sekolah Agama di Tengah Realitas Kehidupan Modern

“Pendidikan Agama berisikan aturan yang menyeluruh bagi manusia yang berakal,” Kakandepag Ciamis, Drs. H. Munadi Abdul Kodir, M.M.

Menurut pendapat seorang ahli, tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sengaja untuk mencetak manusia sempurna, yang berakhlakul karimah dan taat akan aturan dan hukum yang berlaku sesuai dengan keteladanan yang dimiliki Rosululloh SAW.

Agama, berasal dari bahasa sansekerta, yang artinya tidak kacau, adalah salah satu komponen pendidikan yang berisikan aturan yang menyeluruh bagi manusia yang berakal guna menciptakan kehidupan masyarakat madani yang cerdas, berkpribadian dan mampu mengatasi berbagai persoalan hidup.

Demikian dituturkan Kepala Kantor Departemen Agama, Drs. H. Munadi Abdul Kodir, MM., didampingi Kasi Mapenda, Drs. H. Eep, saat berbincang-bincang mengenai harapan Depag di Hari Pandidikan Nasional 2 Mei 2007, Jumat (27/4).

Sebagaimana tujuan diutusnya Nabi Muhammad untuk menyempurnakan akhlak manusia, lanjut Kakandepag, pendidikan agama adalah hal yang sangat vital dan mesti diperhatikan oleh para orang tua.

Pendidikan agama yang diperoleh di sekolah umum, kata Kakandepag, hanya 2 jam dalam seminggu. Berbeda jauh dengan frekwesi pemerolehan pendidikan agama yang diperoleh siswa di sekolah-sekolah agama, yakni kurang lebih 40% dari pelajaran umum.

“Sesuai dengan Undang-undang, pengertian MI, MTs dan Aliyah adalah SD, SMP dan SMA yang bercirikan Islam. Jadi menurut saya pribadi, alangkah lebih baik jika para orang tua memasukkan putra-putrinya ke sekolah agama agar mereka menjadi muslim yang taat,” ungkapnya.

Kakandepag menegaskan, pendidikan agama yang diberikan secara intensif terhadap siswa, akan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku mereka. Seperti pernah terjadi di Serpong, Jakarta. Ada salah sebuah SMA yang siswanya sering tawuran. Atas insiatif masyarakat sekitar, SMA tersebut diubah statusnya menjadi MAN.

“Alhasil, setelah jadi MAN, kebiasaan tawuran tersebut tidak terulang lagi,” kata Kakandepag seraya berharap supaya masyarakat Ciamis mau menyekolahkan anaknya di seklah-sekolah agama.

Ditambahkan Kakandepag, sekolah agama yang terdapat di Ciamis sebagian besar adalah milik swasta. terdapat Dari 48 MA, 30 di antaranya adalah MA swasta. Dari 119 MTS, hanya 16 di antaranya MTs negeri), dan 213 MI, jumlah MI negerinya hanya 16.

Jumlah guru honor sekolah berbasis agama di Ciamis, lanjutnya, adalah 1016 orang di RA, 12285 guru honor di MI, 1586 orang guru honor MTs dan 734 orang tenaga honorer di Aliyah.

Jumlah guru bersatatus PNS, kata Kakandepag, berkisar 30% dari jumlah guru PNS di sekolah umum. Apalagi di sekolah agama swasta, jumlah guru PNS-nya paling hanya 1 orang per sekolah. Hal itu dikarenakan minimnya dana yang dimiliki yayasan hingga tenaga pengajar yang dilibatkan pun terkadang tidak sesuai dengan faks yang dibutuhkan.

“Untuk sebagian guru honor di MI, melalui Yayasan Ikhlas Beramal Depag, kami baru bisa memberikan tunjangan sebesar Rp. 30.000/bulan. Keadaan ini memang memprihatinkan. Karena kebijakan anggarannya langsung dari pusat, jadi kami hanya sebatas mampu mengusulkan saja,” ujarnya.

Di APBD Perubahan, kata Kakadepag, Bupati Ciamis menjanjikan akan memberikan uang kadeudeuh bagi para guru honor Depag. Karenanya pihaknya akan merasa sangat terbantu jika dana bantuan tersebut cair. (Encang Zaenal M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar